Sabtu, 11 Maret 2017

TEOLOGI PEMBEBASAN



Teologi Pembebasan
Berbicara mengenai teologi tidak terlepas dari aspek ketuhanan, dalam tulisan ini saya sedikit membicarakan mengenai gerakan-gerakan islam yang membebaskan, gerakan islam yang menantang sebuah rezik kepemimpinan yang zhalim, gerakan islam yang memberikan prubahan sosial dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Sebelum membahas dari beberapa substansi terseut hendaknya kita mencari tau mengenai apa itu Teologi

Teologi secarah etimologi adalah berasal dari bahasa yunani yaitu theosh yang artinya Tuhan, Allah dan logia adalah kata-kata, ucapan atau wacana.  Dan secara terminologi teologi adalah pembicaraan segala sesuatu mengenai keterkaitan dengan keyakinan beragama. Dalam pembahasan arti teologi juga membahas segala sesutu yang berhubungan dengan tuhan. Teologi memampukan dan menganjurkan seseorang untuk memahami tradisi keagamaanya sendiri maupun tradisi keagamaan lainya. Di abad pertengahan teologi menjadi pelajaran lokal yang di ajarkan di berbagai sekolah dan universitas melalui cabang ilmu filsafat yang membantu pemikiran teologi. 

“Masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian anggota lainnya yang lemah dan tertindas tidak dapat disebut sebagai masyarakat Islam (Islamic Society)” (Engineer,1999)

Sebuah konsep mengenai islam sebagai teologi pembebasan dari berbagai prespektif. Sebagai awalan teologi pembebasan hadir untuk mengambil alih peran dalam membela kelompok yang tertindas, menggugat sebuah kepemimpinan yang zhalim, anti kemapanan maupun kemapanan religius ataupun kemapanan politik. Sedikit mengutip kembali perkataan dari marx yang mengatakan bahwa “agaman adalah candu masyarakat” bukan sekedar agama saja, tetapi agama yang kemudian ikut memantapkan status quo dan tidak mendukung perubahan. 

Pada awal kemunculan islam membuktikan bahwa tidak semua penganut islam berasal dari golongan elit, Muhammad selaku yang membawakan risalah pada awalnya terlahir dari golongan masyarakat yang sederhana meski keluarganya terpandang dalam status sosial yang tinggi tetapi tidak termaksud dari golongan orang kaya. Dan pada akhirnya islam menjadi tantangan di makkah bagi para saudagar kaya, dalam artian bukan menantang risalah tauhid yang di bawanya melainkan aspek kekuatan islam yang akan melakukan perubahan sosial di tengah masyarakat makkah dalam aspek sosial maupun politik. 

Islam banyak mengajarkan untuk melihat manusia sederajat, islam juga mengajarkan untuk tidak menimbun harta, ribah, kemiskinan dan kebodohan. Menurut Al-qur’an sendiri kekayaan yang di miliki di dunia ini tidak bersifat absolut dan kekal karna kita perlu menyadari bahwa apapun yang kita miliki di dunia ini hanyalah bersifat sementara dan titipan dari Allah selaku yang maha kaya di seluruh jagad raya.  


Seperti yang kita ketahui bahwa ayat Al-qur’an yang pertama turun di muka bumi adala “iqra” yang mana pada kondisi objektif saat itu bangsa arab masih dalam masa kejahiliyaannya. Arab tidak mengenal budaya menulis. Tetapi Al Qur’an menekankan pena (menulis) sebagai alat untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini memberikan dampak yang liberatif bagi bangsa arab yang dahulunya membenci ilmu sehingga tekun belajar dan memberikan penemuan-penemuan baru selama berabad-abad. Selain itu kacamata cara pandang islma mengenai bias jender di bongkar habis, karna terus membedakan antara kaum laki-laki dan perempuan dan pada hakekatnya semua manusia sama tetapi yang membedakan adalah keimanannya. Selain itu gerakan pembebasan islam memandang manusia adalah dari pembebasan perbudakan pada zaman itu, banyak budak budak dan hamba sahaya yang di berikan kebebasa serta kemerdekaan dan di berikan hak hidup  layak seperti manusia lainya.

Dari contoh di atas kita dapat mencermati mengenai teologi pembebasan islam yang mengambil alih kezaliman dan memberikan dampak perubahan sosial di tengah masyarakat. Dalam hal ini toleransi salah satu yang di junjung tinggi dalam agama islam, tidak ada paksaan untuk beragama.

Bila di tarik konteks dari kehadiran sebuah agama, maka Engineer mengatakan bahwa  jika agama hendak menciptakan kesehatan sosial, dan menghindarkan diri dari sekedar menjadi pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama harus mentransformasikan diri menjdi alat yang canggih untuk melakukan perubahan sosial. Dalam artian kehadiran agama bukanlah sebagai alat untuk beribadah saja kepada tuhan melainkan dari ajaran agama tersebut harus adanya transformasi gerakan-gerakan pembelaan untuk menciptakan perubahan sosial. Agama tidak hanya mengajarkan kita untuk beribadah saja kepada tuhan, tanpa kita tidak melihat fenomena sosial yang ada pada hari itu dan saat ini, agama juga mengajarkan untuk terus melawan segala sesuatu kezaliman, dan memberantas ketidak adilan. Ada beberapa contoh dari gerakan teologi pembebasan di antaranaya fenomena seperti Imam Khomeini yang memimpin revolusi Iran akibat tekanan dari Syah, penguasa Iran yang memberlakukan westernisasi. Engineer kembali membandingkan atara marxisme dan tradisi religio-kultural dalam sebuah perubahan sosial. Agama sebagai instrument, dapat digunakan sebagai candu atau malah ideologi yang revolusioner. Seperti Yahudi yang menentang Fir’aun, Islam di Iran menggulingkan Syah dan Kristen di Filipina yang merobohkan Marcos. Revolusi tidak akan muncul bila tidak ada penindasan.   

Bila kita kontekskan pada saat ini sudah banyak terjadi ekploitasi, diskriminasi, dan intimidasi yang dilakukan pada pemimpin pemimpin negara, pada hakekatnya mereka juga bagian dari rakyat, mereka lahir dari hakim rakyat, tetapi bentuk pengejawantahan pengabdian mereka kepada rakyat malah sangat terbalik. Mereka berasal dari rahim rakyat tetapi mereka justru terus mengkebiri hak-hak rakyat. Banyak sekali perubahan sosial yang terjadi di setiap negara terkhususnya di indonesia akan tetapi menjadi pertanyaan, apakah perubahan tersebut berpihak kepada rakyata atau kepentingan kelompok bahkan individu ? 

Ketika kekuasaan berkualisi adakah kehendak rakyat dan ideologi di hargai ? mereka terus mengobral janji dan memberi ilusi tetapi rakyat selalu di bohongi. Mempertontonkan pembagian kekuasaan seolah olah itu hadiah dari tuhan.

Kembali saya menyinggung mengenai teologi pembebasan, Teologis bersifat kontekstual dan juga normatif. Ini adalah sebuah kemestian. Jadi, teologi yang kreatif adalah tanggapan manusia atas kehidupannya yang senantiasa berubah yang diciptakan oleh Tuhan. Azad menyatakan teolog Islam yang dalam proses pencariannya pernah mengatakan dirinya sebagai seorang ateis yang sempurna ini, percaya bahwa Surat Al Fatihah yang merupakan pembuka Al  Qur’an ini merupakan surat yang paling pokok. Semua konsep dalam Al Qur’an terefleksikan disini. Sebagai seorang yang visioner, ia percaya bahwa dunia senantiasa berubah yang memerlukan penafsiran ayatayat suci secara kreatif sesuai dengan setiap kondisi yang baru.  

Menjadi kesimpulan bagi saya sendiri bahwa Komitmen adalah hal yang paling mendasar bagi manusia apalagi dia mengaku beragama. Konsep komitmen dalam Al Qur’an sangat jelas bukan untuk keberhasilan atau kegagalan, atau untuk orang kaya atau miskin. Keberhasilan tidak diukur dari kemenangan atau keberhasilan mengislamkan seseorang, namun diukur dengan kualitas hati yang terdalam. tidak menjadi masalah jika orang yang kaya tadi tidak memeluk Islam. Sayangnya, komitmen keislaman umat muslim saat ini berbeda sekali. Sebagai contoh Engineer menggambarkan komitmen politis –relijius Saudi Arabia, Syiria, Imam Khomeini dan sebagainya dengan jelas. Intinya adalah komitmen terhadap Islam pada dasarnya lebih merupakan artikulasi kepentingan pribadi daripada komitmen keagamaan. Menurutnya, komitmen kepada tatanan sosial yang adil, egaliter dan nir eksploitasi adalah semangat Islam yang sejati. Terus melawan dengan sistem yang tidak mengedepankan sisi kemanusiaan adalah sebuah spirit yang harus terus di tanam dalam diri setiap manusia, segala bentuk ketidak adilan adalah hal yang wajib kita lawan. 

Sedikit mengutip pernyataan dari ibnu taimiyah dalam bukunya, menyatakan bahwa “Kehidupan manusia di muka bumi ini akan lebih tertata dengan sistem yang berkeadilan walau disertai suatu perbutan dosa, daripada dengan tirani yang alim”. Ekstrimnya dikatakan bahwa Alah membenarkan negara yang berkeadilan walaupun dipimpin oleh orang kafir, dan menyalahkan negara yang tidak menjamin keadilan meskipun dipimpin oleh seorang Muslim. Juga disebutkan bahwa dunia akan bisa bertahan dengan keadilan dan kekafiran, namun tidak dengan ketidakadilan dan Islam. Ini menjadi kontrversial dalam pandangan setiap orang apalagi bila kita kontekskan dengan kondisi objektif di indonesia pada beberapa minggu-minggu ini dengan hadirnya pemimpin yang berstatus non muslim, akan tetapi saya tidak membahas ini lebih dalam karan mungkin akan menuai kontroversi yang besar dari kacamata pandang masing masing orang. 

Tulisan mengenai pemimpin muslim yang anti rakyat dan pemimpin yang non muslim tapi pro akan rakyat mungkin akan berlanjut di tulisan-tuluisan setelahnya.

Pembaca yang terhormat, apa bila ada beberapa tulisan yang tidak sesuai dari prespektif anda silahkan komen di kolom komentar, tujuan saya menulis ini bukan ingin mengadu domba sesama melainkan ingin mengejawantahkan prespektif saya melalui tulisan. Sekiranya cukup semoga memberi manfaat kepada sesama, serta menambah wawasan. Ada sedikit stetmen dari saya adalah bahwa ajaran yang di turunkan dari nabi adam sampai nabi muhammad adlah ajaran-ajaran serta gerakan perlawan.